Saturday, September 18, 2010

Kelebihan Beban

Dua minggu ini benak saya seperti 'gardu listrik yang kelebihan beban'. Untung saja tak ada sekering yang putus atau sirkuit yang terbakar di jaringan otak saya. Saya hanya terus menerus mengantuk kapan pun dan di mana pun serta dalam kondisi apa pun. Gawat.

Istri saya bilang bahwa dalam hampir enam bulan ini saya belajar banyak hal-hal baru, padahal selama hampir sepuluh tahun saya hanya melakukan keterampilan desain saya pada bidang yang sama terus menerus. Saya setuju dengan pendapatnya.

Akibatnya, terbengkalailah beberapa proyek pribadi. Totally sorry for that. But I think my mind just need a decompression. Apalagi, kini sel-sel benak saya berseliweran informasi dalam tiga bahasa; Indonesia, Inggris, dan Vietnam. Pengolahannya pun sering campur aduk. Akibatnya muncul ucapan-ucapan aneh dalam tiga bahasa. Misalnya, "Gì? Không được lah. It can not be done kan?" Kalau dalam bahasa Indonesia kira-kira, "Apa? Nggak bisa lah! Mana mungkin kan?"

Selain itu, saya juga mulai emosional. Lebih mudah tersinggung, marah, dan sedih. Sebenarnya nggak perlu terpengaruh dengan kondisi sekitar, tapi entah kenapa buku-buku jari ini gatal ingin menghajar rahang orang. Untungnya saya paling nggak suka mukul karena setelah mukul tangan jadi tak bisa mengendalikan mouse dengan baik dan main basket jadi ngawur.

Saya sering bilang pada istri saya, "Kamu kok ngomongin bos kamu terus sih? Kalau begitu terus, nanti malah jadi obsesi lho...." Hmmm, sepertinya saya mulai dihinggapi apa pun itu yang pernah menghinggapi istri saya. Walau pun yang hinggap bukan bos. Istri saya pun cengar-cengir dan mengucapkan apa yang saya ucapkan padanya. Ah, nikmatnya saling mengingatkan.

"Kita bisa lebih banyak belajar dari hal buruk daripada hal baik," kata sebuah buku yang pernah saya baca. Petuah itulah yang membuat saya tak pernah mengeluh dan oke-oke saja kalau dicemplungin dalam persoalan yang menyebalkan. Setidaknya, if no body want to fix it, I will fix it. Most of the time I succeed. So, I'm better than them. At least that is what I thought.

Hal lain lagi yang saya dapatkan dari 'kelebihan beban' ini adalah sesungguhnya kita tak pernah benar-benar tersudut. Setiap kali kita terpojokkan, tiba-tiba muncullah bebera opsi yang tak pernah kita lihat sebelumnya. Hope is always there, we just need to keep the faith.

Hmmm... mati lampu.

Tuesday, September 14, 2010

Lebaran & TempoInteraktif

Selamat merayakan Hari Kemenangan bagi yang merayakannya! Bersiap untuk mengisi hidup dengan kembali 'clean sheet'.



Nah, saya punya ilustrasi baru yang tampil di atas. Ini minggu kedua partisipasi saya mengisi blog di TempoInteraktif milik grup Tempo. Rekan saya, selaku pengasuhnya, meminta saya untuk mengisi blog milik Tempo itu dengan bloggrafis, kolomgrafis, atau apalah namanya. Karena diberi kebebasan, yang tentu saja tak sebebas-bebasnya, saya menerima tawarannya. Jadilah.

Untuk Anda yang belum tahu, saya pernah bekerja di Tempo selama hampir seputuh tahun. Ada sedikit perasaan 'aneh' yang mengobati rindu. Selaku perancang grafis yang menukangi Majalah Berita Mingguan Tempo, saya harus mematuhi berbagai rambu yang relatif kaku. Dalam blog grafis ini saya diberi kebebasan yang belum pernah saya terima sebelumnya. It's kinda liberating.

Ternyata, kebebasan itu malah terasa mengerikan. Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa kebebasan itu lebih berat tanggung jawabnya daripada kekangan. Segala macam keputusan kita pikul sendiri konsekuensinya. Kebebasan membuat saya berpikir lebih keras daripada saat diarahkan oleh orang lain.

Oh, ya! Blog di TempoInteraktif itu di-update tiap Senin. Selamat menikmati. Dan ya, tulisan kali ini seperti mengulang post sebelumnya. Pikirannya sedang nyasar sepertinya....

Monday, September 6, 2010

Numpang Beken

Hallo apa kabar? Mulai saat ini saya berpartisipasi di blog milik Tempointeraktif. Klik untuk mengintipnya.

Ada perasaan aneh juga ketika saya diminta membantu untuk meramaikan Tempointeraktif. Rasanya jauh tapi kok rasa-rasanya jarak antara saya dan Tempo hanya dibatasi layar monitor dan keyboard.

Ajakan itu tiba-tiba datang pada saat semangat saya membuat komik mulai tumbuh kembali. Tangan saya sudah kaku untuk membuat komik, tapi saya tak mau hal itu menyeret saya untuk tidak berkomik. Jadi saya mulai membuat komik di blog saya yang satu lagi, yaitu KomikVirtual. Tunasnya mulai tumbuh. Semoga bisa kuat seperti blog ini.