Sunday, September 9, 2012

Di Antara Dua Menara

Bzzzt! Membasmi nyamuk sebelum tidur menjelang sahur.

Tak apa sudah lewat hampir sebulan, toh masih banyak yang masih dalam suasana liburan dan warung-warung belum juga buka. Saya ucapkan selamat Idul Fitri 1433H bagi yang merayakan. Semoga Tuhan menerima ibadah kita selama bulan Ramadhan.

Tahun ini saya kembali merayakan Idul Fitri di Jakarta setelah dua tahun belakangan merayakannya di Việt Nam. Ada kebahagiaan sendiri kembali di antara anggota keluarga besar dan teman-teman dekat. Apalagi setelah Cedric, anak pertama di keluarga kecil saya, bergabung dengan keluarga kami tahun ini.

Selain Hari Kemenangan, di bulan Ramadan kali ini saya juga mengalami sesuatu untuk pertama kalinya sejak pertama kali saya berpuasa; bolong sehari. Kali itu saya yang kuasa menahan amukan asam lambung yang membuat saya mengeluarkan isi perut dan keringat dingin membahasai sekujur tubuh.

Rasanya aneh, perasaan tak lengkap. Tapi tak soal, saya menambalnya di hari kedua Syawal.

Dua tahun tak di Ibukota membuat saya merasakan hal-hal yang sebelumnya tak saya hiraukan. Panas dan lembab. Jorok dan tercemar. Penuh dan tersendat-sendat.

Berbagai urusan tak bisa selesai dalam hitungan beberapa jam karena tejebak di kemacetan lalu lintas. Kesemrawutan ada di mana-mana. Ternyata negaraku belum semaju pikiran yang tertanam di benak.

Dua Menara. Nostalgia di Masjid Istiqlal.

Saya juga mendapati kesulitan untuk mendapatkan objek yang menarik untuk di foto. Mungkin karena saya sudah terlalu biasa di kota ini. Sulit sekali mendapatkan objek yang bisa 'asal dijepret' lalu hasilnya menarik, apalagi bagus. Akhirnya saya memutuskan untuk Jumatan di masjid Istiqlal yang jaraknya kira-kira limabelas menit jalan kaki dari rumah keluarga saya di daerah Gunung Sahari. Di bawah terik matahari, di dalam polusi udara.

Barulah dengan usaha lebih saya bisa melihat objek-objek yang menarik untuk difoto. Apa ini artinya segala sesuatu harus didapat dengan berjibaku di Jakarta?

Mungkin.