Friday, September 6, 2013

Kuas Virtual Kembali Online

Dinosaurus bangkit. Proses install ulang di kantor.

Sudah berbulan-bulan saya tak mem-post-kan tulisan saya di sini. Penyebabnya adalah kesibukan dan rusaknya hard drive laptop yang biasa saya pergunakan.

Sejak pulang dari pulau Pari, mulai muncul tanda-tanda yang aneh pada kinerja laptop. Semakin lama semakin lamban memproses. Akhirnya, operating system mulai ngadat. Diakhiri dengan HDD yang tak terdeteksi karena rusak.

Untuk memperbaikinya, perlu dana hampir empat juta rupiah. Enggak masuk ke dalam budget.

Setelah saya periksa back up di external hard drive, ternyata data-data penting sebagian sudah di-back up. Sedangkan sisanya sudah di-upload ke situs-situs yang menyimpan dan menampilkan portfolio. Dua situs itu ada di sini dan di sini.

Setelah membeli HDD baru dan mengembalikan sistem operasi, laptop dapat digunakan kembali. Sang dinosaurus bangkit! Walaupun belum semua aplikasi saya install kembali.

Fuih! Akhirnya semua bisa kembali seperti normal.

Monday, March 11, 2013

James Wattimena

Foto diambil tanggal 30 Januari 2013.


EULOGI

Papa James wafat pukul 21.45 pada 24 Februari 2013 di kediamannya, perumahan Anggrek Mas 2, Batam. Beliau lahir 20 Juli 1940 di Ambon, Maluku. Tanggal 4 Juli 1967, papa menikahi mama Erna, kemudian dikaruniai dua putri, yaitu kakak Eka dan Sacha — yang lantas menjadi istri saya tercinta.

Saya pertama kali bertemu beliau tahun 2000 di rumahnya yang berlokasi di Pulomas, Jakarta. Saat itu saya sedang mengunjungi Sacha di suatu malam.

Untuk orang yang berumur 60 tahun, papa masih terlihat gesit dan terampil, langsing namun kukuh. Dengan kemeja lengan panjang yang lengannya disingsingkan, tampak kedua belah tangannya yang kasar dan kasap. Debu dan sisa serutan kayu menempel di ujung-ujung kaki pantalonnya. Dari balik kacamatanya, bola matanya berkilau seperti mutiara hitam, dalam seolah tanpa dasar. Jarang saya bertemu orang seumuran itu dengan binar mata secerah malam berbintang gemintang. Saat itu papa baru menuruni tangga dan menyapa saya sekilas saja.

Berduaan di ruang tamu, Sacha menceritakan tentang papa James serta tempat bernaung yang dicintainya itu. Mendongengi saya tentang ayahnya yang membangun rumah tersebut dari pondasi hingga atap dengan kedua belah tangannya. Mendirikan tiang-tiangnya dengan punggungnya. Merawat setiap sudut dengan hatinya.

Bicara tentang kepribadian, istri saya itu mewarisi gelora papanya. Amarahnya mudah meledak seperti dinamit bersumbu pendek. Pendiriannya teguh seperti karang yang tak mau digeser. Daya upayanya tangguh seperti banteng yang menolak untuk takluk. Pikirannya tajam seperti pisau yang selalu terasah. Anehnya, sekaligus lembut seperti kapas.

Sepanjang cerita, Sacha terus tersenyum dan pandangan matanya menerawang jauh. Saya yakin dalam hatinya ia bangga akan papa James.

Tanggal 25 Februari 2013 adalah saat terakhir saya melihat papa di bawah terang sinar matahari, dihembus angin sejuk, dalam naungan teduh Rumah Duka Marga Thionghoa, Batam. Beliau terbaring dalam tabur bunga anggrek di atas tilam putih dalam peti pernis coklat tua. Papa James masih tampak seperti laki-laki yang saya jumpai di Pulomas. Hanya seperti memejamkan mata, lelap tertidur.

Papa tercinta dikebumikan di pekuburan Sei Temiang sebelum matahari terbenam di cakrawala, di balik nisan-nisan bersalib, di bawah arak-arakan awan. Dikelilingi hamparan rumput, dipagari pohon-pohon, dan dipeluk bukit-bukit. Sejuk dan teduh masih menemani.

Sebelum undur diri, saya hapus titik air mata terakhir di balik kacamata hitam dan menghela nafas keluar dari dada. Dengan tersenyum dan menolak berkata selamat tinggal, "Sampai jumpa lagi papa James. Pasti."

Saturday, January 26, 2013

Pulau Pari dalam Infografik

Akhir tahun 2012, bersama-sama dengan teman kantor saya pergi berwisata ke pulau Pari di gugusan Kepulauan Seribu. Kalau berangkat dari dermaga Muara Angke, pulau yang awalnya hanya dipergunakan sebagai pusat penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bisa dicapai setelah kira-kira dua jam mengenderai perahu motor yang biasa membawa penumpang dari pulau ke pulau di kawasan itu.

Awalnya saya ingin kembali jadi tukang jepret di kesempatan kali ini. Namun sudah ada dua Mat Kodak yang asyik mengambil foto dan video, jadi saya memilih bersenang-senang saja. Kamera DSLR yang saya bawa saya serahkan pada kedua ahlinya, saya hanya menggunakan kamera di telepon selular saya yang menurut saya hasil jepretan-nya sudah sangat lumayan.

Infografik pulau Pari di akhir tahun 2012.

Seperti biasa, pulang dari tempat baru, saya berusaha untuk membuat infografik sederhana untuk menceritakan pengalaman saya. Nah selamat menikmati pulau Pari dalam infografik.