Tuesday, November 23, 2010

Huruf A

Setelah lama terjerat pekerjaan, inilah catatan terbaru saya.

Uhm. The letter A shaped runway diagram.

Sabtu | 2010.11.20 | Api
Kali ini cerita tentang bagaimana saya membangun panggung untuk fashion and passion, Thời Trang và Đam Mê. Sebuah acara tentang mode yang membuat saya jungkir balik. Karena brief dan keputusannya tak kunjung bertemu. Seperti yang bisa dilihat di atas, itulah catwalk diinginkan. Ya, betul! Dengan kolam air!

I don't really 100% understood this project. But this was the time that 'alright, I'll play by your rules'. The feeling was like the time I was fourteen and the teacher forced me to accept the formula which I believe is illogical. But hey, maybe this time I'm the crooked one. Kali ini saya hanya mengiyakan, tanpa tanpa banyak berargumen lagi.

Namun, dari semua segala kerumitan ternyata kolam air bisa dikerjakan. Yang sungguh menarik, ada semacam pompa kecil yang dipasang dalam kolam sehingga airnya terus beriak-riak kecil. Ditambah lagi, lantai dasar di bawah kolam di cat biru muda, sehingga tampak segar.

Jernih. Bening tapi tak bening.

Ngomong-ngomong soal panggung dan air, mengintip dari http://images.google.com banyak panggung-panggung fashion yang benar-benar dibanjiri dan digenangi air. Dan mengapa nggak berani nekat dan mencoba hal baru? Beats me...

Plus, I also don't get the idea of these purity and premium. Come on, premium waters are sold in bottles and spesific places. Not, I repeeat, not in plastic bottles sold in nearby 'warung'. Nah, kembali ke hal-hal baik....

Diagram USS Enterprise. Enggak nyambung satu sama lain.

Setelah gonta-ganti keputusan, akhirnya diputuskan menggunakan panggung lama dan menambahkan panggung mini. Nah, panggungnya pun nggak nyambung sebenernya. Yang lama bundar dan yang baru empat persegi. Masukin neon ke soket bohlam. Kelihatan seperti kapal yang dikomandoi oleh sang kapten Jean Luc Picard. Tapi biarlah.

Cap. Cepuk ganda di dinding.

Selasa | 2010.10.23 | Lumpur
I got a mixed feeling about this project. Benar-benar gado-gado perasaan. Pertama kali membangun dua panggung baru dan satu daur ulang. Memandori dalam bahasa Việt. Dan pertama melakukan sesuatu tak sepenuh hati di sini. Tapi, by the end, merasa ada sedikit sesal karena tak mengerahkan seluruh kemampuan karena sempat kesal di awal-awal. Jadi pelajaran penting dari proyek ini adalah, sekesal-kesalnya, jangan pernah buang body.

Hal yang paling menyenangkan saat mengerjakan pekerjaan ini, saya mulai bisa masuk ke lingkungan para pembangun set. Mulai hilang jarak antara saya dan mereka. Komunikasi semakin lancar, artinya pekerjaan-pekerjaan yang makin rumit akan lebih mudah diselesaikan dan makin mungkin mencapai pekerjaan yang lebih sulit lagi.

Dan pengalaman yang juga berharga adalah, bagaimana membangun sesuatu yang tampak bagus di kamera. Sehingga bisa menjadi sebuah talkshow yang lumayan. Seperti yang sebelumnya saya pelajari tentang motion graphic untuk Việt Nam Idol, tapi itu cerita lain.

Air
Setelah selesai membangun panggung ini. Ada perasaan lega. Namun yang paling terasa adalah rasa 'lapar' untuk memperbaiki dan belajar sesuatu yang baru lagi. Karena saya merasa panggung ini masih kelewat sederhana dan masih bisa tampak lebih bagus di kamera.

Proyek ini juga menyegarkan ingatan saya tentang point of no return. Banyak ketidaksempurnaan yang terselip di proyek ini. Kalau melihat panggung ini, pasti ada teman saya tertawa terkekeh-kekeh meledek sambil ngomong, "Kerapihan dinilai." Tapi perjalanan harus berlanjut, jangan terlalu lama menengok ke belakang.

Lalu, saya juga mengingatkan diri saya sendiri, "Mengapa kamu pergi ke negeri ini? Untuk mengerti lebih banyak lagi bukan? Karena perjalanan ini akan berguna tak hanya untuk dirimu sendiri bukan?" Sebuah pernyataan yang terus saya tempelkan di benak. Sebuah gagasan yang membantu saya maju terus.

Tuesday, November 9, 2010

Banjir, Tsunami, dan Gunung Meletus

Infografik tentang gunung api di Tempo Interaktif.

Beberapa minggu yang lalu, beruntun bencana menimpa beberapa lokasi di Indonesia. Banjir, tsunami, dan gunung meletus. Ketiga hal tersebut membuat saya was-was karena saya sulit mengantisipasi bencana-bencana tersebut karena karena saya sedang tidak di Indonesia.

Ya, tentu saja saya harus mengantisipasi bencana-bencana yang terjadi di tanah kelahiran saya, karena akar saya di sana. Kedua orang tua, kedua mertua, sanak saudara dan handai taulan masih tersisa di Indonesia. Bagian hidup saya.

Soal terendamnya Jakarta, sesungguhnya saya enggan menyebut banjir yang terjadi di ibukota sebagai bencana. Alasannya, Jakarta masih memiliki kuasa untuk mencegah banjir.

Gempa bumi yang menyebabkan tsunami bukan sesuatu yang dapat kita cegah. Begitu pula dengan gunung meletus. Jadi, saya tak enggan mengategorikan gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus sebagai bencana. 

Nah, walaupun ada bencana yang tak bisa dicegah namun semuanya dapat dikendalikan. Setidaknya, manusia mampu mengendalikan dampaknya. Caranya? Bisa Anda gali di Google dan bongkar-bongkar Wikipedia untuk mendapatkan informasi tersebut.

Dalam rangka berbagai informasi, saya membuat infografik tentang gunung api. Diagram yang tayang di TempoInteraktif ini tak berhubungan langsung dengan letusan gunung Merapi beberapa hari lalu, hanya beberapa catatan menarik yang saya kumpulkan dari sana-sini. Saya berharap infografik ini berguna.

Di masa mendatang, saya akan berbagi berbagai infografik yang dapat menjadi pedoman untuk Anda. Tentunya dalam bahasa Indonesia. Setidaknya itulah keahlian saya yang bisa saya bagi kepada Anda. Setidaknya itulah yang bisa saya lakukan.

Belasungkawa.