Friday, January 21, 2011

10 Tahun Mengenang Trịnh Công Sơn


Alasan Trịnh Công Sơn diberangus oleh pemerintah negeri Paman Hồ mirip dengan alasan tokoh-tokoh seni Indonesia yang dibungkam penguasa, yaitu menceritakan fakta perang yang ia lihat dengan mata kepala sendiri. Kepiluan yang tak senada propaganda penguasa.

Sơn berkisah bahwa selama seribu tahun Việt Nam dibawah kuasa adidaya Cina sejak seabad sebelum Masehi. Kemudian merdeka saat tuan Ngô sukses membendung tentara Dinasti Han yang berusaha menelan kembali wilayahnya yang memberontak. Negeri ini lalu jatuh dalam kolonisasi Prancis, dan harus menghadapi serbuan Jepang. Tapi perang Việt Nam yang pecah tahun 1950, menurut Sơn, bukan perjuangan melawan pihak asing tapi perang antara Việt Nam dengan Việt Nam. Saudara memerangi saudara.

Akibat kesaksian Sơn tentang kengerian perang yang ia sampaikan melalui lagu dan nyanyian dawai gitarnya, ia menerima hukuman kerja paksa dari pemenang Perang Việt Nam. Lepas dari dera itu dia kembali menghirup kebebasan, walaupun dengan ongkos menyelubungi cinta akan tanah airnya dengan lagu-lagu yang pilu.

Tahun 2001, ia mengembuskan nafasnya yang terakhir. Tak ada yang percaya ia wafat, apalagi hari itu tanggal 1 April, sampai akhirnya handai taulan dan sanak saudara melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sơn bisa sedikit tersenyum karena di akhir hidupnya, pemerintah Vietnam mulai membuka hati dan mengakui Sơn sebagai tokoh bangsa. Sayang, sakit penyakit menggerogoti hidupnya. Peminum wiski ini  hidup enam puluh dua lebih sedikit.

Rakyat Việt Nam hanya memiliki sedikit nama keluarga, dan tentu saja yang paling besar dan terkenal adalah marga Nguyễn dan Trần. Nah, di Việt Nam modern, hanya dua orang yang segera dikenali dengan nama keluarganya, Paman Hô dan Trịnh Công Sơn. Berkebalikan dengan pesepakbola Maradona, yang di Argentina hanya dipanggil Diego.

Saking terkenalnya Sơn, Văn Cao sang penggubah lagu kebangsaan Việt Nam yang tinggal di Hà Nọi, mengirimkan surat kepada Sơn hanya dengan menuliskan Trịnh Công Sơn, Kota Hồ Chí Minh di amplopnya. Dan ya, Sơn yang kelahiran Huế di hari terakhir Februari 1939 itu merima surat kiriman Cao.

Sepuluh tahun Sơn tiada, namun masih banyak karya-karyanya yang belum diterbitkan. Kapankah seluruh selubung senandung sendu hati Sơn diangkat? Bilamana rakyat Việt Nam boleh mendengarkan sedu sedan dawai jiwa Sơn? Mungkin nanti, nanti....


Dirangkai dari kisah para keluarga, teman-teman dekat, dan film dokumenter buatan BBC.

Saturday, January 8, 2011

Sembilan Bulan di Việt Nam

Blublublub. Pernah merasa tenggelam oleh segala baru?

Wow! Itulah yang saya bisa katakan untuk sembilan bulan ini. Wow!

Tulisan ini memang baru saja saya terbitkan, tapi sesungguhnya tulisan ini untuk merangkum apa yang saya kerjakan selama sembilan bulan di negeri ini. Negeri yang mengajari berbagai hal-hal baru untuk saya. Membuka perspektif baru yang sama sekali tak terbayangkan.

1Jungkir Balik
April dan Mei adalah bulan-bulan penuh nganga, berbagai hal sulit saya percaya menghadang saya. Hal-hal yang tak saya duga sebelumnya. Bagaimana negeri ini sama sekali lain dengan yang saya bayangkan. Logika yang biasa saya gunakan harus disimpan untuk menerima logika-logika baru dari negeri Paman Hồ Chí Minh ini.

Yang paling ajaib adalah logika rekan-rekan kerja dalam merencana. Entah bagaimana, mereka tak bisa melihat apa yang akan terjadi beberapa bulan dan minggu ke depan. Bahkan kadang-kadang, mereka tak mampu melihat beberapa hari ke depan. Hal ini mungkin disebabkan oleh filosofi, "Tak terlihat maka tak ada."

Keajaiban berikutnya, dalam menyelesaikan masalah para pegawai hanya menerima petunjuk dari atasan. Mereka sama sekali tak memberikan kontribusinya. Apakah ini berhubungan dengan kondisi politik yang represif di negeri ini? Saya belum menemukan jawabannya.

Dua bulan pertama daftar pekerjaan kian memanjang dari tumpukan pekerjaan sebelumnya. Tumpukan ini terjadi karena sama sekali tak ada pembagian kerja dan timpangnya beban kerja serta tak sesuainya kemampuan pegawai dengan pekerjaannya.

Bulan ketiga, bum! Vietnam Idol datang. Bioskop yang akan dibuka meminta berbagai printed matters. Dan set virtual plus website untuk FBNC mulai saya buat. Di bulan ini, saya berharap telah tersedia mesin fotokopi yang bisa menduplikat manusia. Pekerjaan membludak dan hampir-hampir tak sanggup memenuhinya. Untung saja semuanya berjalan lancar.

Krakrakrak. Persiapan untuk Gala Vietnam Idol.

Bulan keempat, kelima, dan keenam seperti berenang di lautan tak bertepi. Kelelahan fisik dan mental. Bulan-bulan inilah saya sempat 'mogok' pikiran. Tak sanggup berpikir apa pun dan selalu hanya ingin makan dan tidur.

Ditambah lagi, aaargh! Gonta-gonti posisi dalam perusahan pembuat alur kerja semakin membingungkan. Apalagi, seperti yang sudah-sudah, kemampuan pegawai-pegawainya tak sesuai dengan pekerjaan yang mereka pikul. Gawat! Manajerial yang tak boleh ditiru!

Bulan kelima, yaitu bulan Agustus sekaligus Ramadan. Inilah bulan yang tak disangka-sangka sama sekali tak terasa berat. Di bulan ini saya memutuskan menukang tanpa berpikir. Kerjakan saja. Tak usah dipikir terlalu jauh.

Bulan keenam, Lebaran! Keluarga dari datang Jakarta... inilah saat yang... jungkir balik juga. Ha ha ha ha. Pergi ke sana kemari untuk menikmati liburan bersama. Seru dan melelahkan.

Byuryuryur. Terminal feri di Vũng Tau, liburan keluarga.

Bulan ketujuh. Seolah belum cukup kerumitan di kantor, Kepala Departemen Design mengundurkan diri. Otomatis pekerjaan beliau dilimpahkan pada saya. Tanggung jawab baru dan yang artinya bertambah pusing di otak bagian lain.

Kemudian, dua desainer meninggalkan posisinya di kantor. Satu karena mengundurkan diri, satu karena kontraknya habis. Huwah! Keadaan semakin gawat. Untung saja, bulan Oktober ini seorang desainer yang biasa membangung panggung diterima oleh kantor. Sebuah kelegaan.

Walaupun secara desain si rekan baru belum terasah benar, dia mampu membuat sebuah set gameshow dengan cepat, setidaknya bila dibandingkan dengan saya yang belum pernah membangun satu set pun. Keuntungan lainnya, dia berbahasa Vietnam sehingga mampu mengarahkan para pembangun panggung dengan lebih mudah. Segera saja saya serahkan pembangunan dua panggung.

ĐTGĐ. Semacam berpacu dalam melodi.

Panggung VNI. Pekerjaan besar untuk si anak baru.

Dua bulan terakhir, November dan Desember, adalah bulan yang paling melelahkan walaupun paling terkendali. Mengapa terkendali? Karena pembagian tugas mulai saya lakukan. Entah mengapa, Kepala Departemen Desain yang sebelumnya atasan saya, tak membagi-bagikan tugas dengan beban yang seimbang.

Walaupun pekerjaan di akhir tahun 2010 sama banyak dan sama rumitnya dengan bulan-bulan sebelumnya, rekan-rekan kerja mulai aktif mengambil tanggung jawab. Sehingga beban di bahu saya mulai berkurang. Walaupun memang hasilnya masih belum memuaskan. Tapi ini proses yang harus dilalui, untuk berlari harus belajar merangkak.

Di akhir tahun 2010 ini pula saya belajar membuat panggung talkshow dengan ukuran yang lebih besar dan memiliki ruang lebih dari satu. Hasilnya tentu saja belum memuaskan. Tapi saya bertekad untuk terus memperbaikinya.

A untuk Aquafina. Panggung dengan kolam air

Kemudian saya juga mempercayakan pembangunan panggung untuk sebuah pagelaran akhir Vietnam Idol pada rekan baru saya. Nah, ternyata walaupun secara teknis dia mampu, untuk selera dan pakem dia tetap harus diarahkan.

Rekan kerja saya yang satu lagi yang sebelumnya agak 'letoy' saya berikan kepercayaan lebih. Saya juga membiarkan dia berhadapan langsung dengan pemesan desain. Saya ajari juga dia untuk berargumen.  Hasilnya seperti yang saya sebutkan tadi, dia mulai aktif mengambil berbagai tanggung jawab tanpa ragu. Selera desainnya mulai berkembang.

Saya senang. Berhasil mendelegasi.

25 Desember 2010, adalah hari terakhir saya bekerja dan pertunjukkan akhir Vietnam Idol 2010. Saya menunggu-nunggu hari ini karena beberapa hari sebelumnya saya mengawasi hasil kerja rekan saya dan saya berharap besar. Melihat hasil kerja rekan saya itu semua orang senang. Sebuah kebanggaan untuk rekan saya.

Panggung terakhir. Latihan untuk pertunjukkan akhir VNI 
Di akhir acara, semua orang senang. Setelah acara selesai, saya dan istri bersiap-siap pulang ke Indonesia keesokan harinya. At the end, everything is well.


2 | Belajar Cepat
Dengan masih jungkir baliknya cara kerja di Vietnam, mereka mulai mampu mengimbangi perkembangan negara-negara lain di ASEAN. Pertumbuhan ekonominya lebih dari 7%. Lebih besar dibandingkan Indonesia. Apa yang terjadi bila mereka bekerja lebih sistematis?

Umumnya orang belajar untuk berbuat sesuatu, tapi di Vietnam saya diberikan sesuatu yang lain, yaitu belajar hal-hal yang tak patut dilakukan dan hal-hal yang bisa diperbaiki. Di sini saja belajar lebih banyak daripada dari perusahaan-perusahaan yang sudah mapan di Indonesia. So I got nothing to complain.

Soal keterampilan software, Autodesk 3DS Max dan Adobe AE menjadi dua perangkat lunak yang kini saya kuasai. Walaupun masih sangat sederhana. Namun untuk sembilan bulan ini, keterampilan saya mengendalikan perangkat lunak itu cukup memadai.

Pendidikan saya selama empat tahun di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung ternyata menjadi dasar yang kuat untuk mengerjakan berbagai pekerjaan desain. Yang paling penting dalam pendidikan saya itu adalah menerapkan sistematika berpikir. Selain itu, keterlibatan saya dalam berbagai kegiatan di kampus juga membuat saya cenderung mudah bergaul dengan berbagai kalangan. It was four great years!

Lapangan Merah. Pusat kegiatan di fakultas.

3 | Teladan
Beberapa orang tentu menjadi teladan saya di Negeri Paman Hồ ini. Mulai dari masalah koordinasi, wawasan, keterampilan, dan kekuasaan.

Sacha. Manajer produksi dan editing BHD.
Dari segi koordinasi dalam produksi saya belajar banyak Sacha, yang juga istri saya. Bagaimana babak belurnya menghubungkan satu pihak dan pihak lainnya, mengawasi jalannya produksi, dan memastikan semuanya berjalan lancar. And yet she manage to always smiling.


Delvi. Manajer produksi FBNC.
Betul, Delvi juga seorang warga Indonesia. Dari Delvi saya belajar membangun set untuk acara berita, baik set sungguhan maupun set virtual. Selain itu, saya juga suka mendengarkan cerita-cerita tentang pengalaman dia saat meliput berbagai berita dan membuat documentary features.

Đức. Masterbuilder Vietnam Studio.
Đức pendiam, hanya buka mulut kalau memberikan perintah atau ngomel. Dia mendesain hampir membangun hampir semua set milik BHD. Dia pula yang membangun bioskop milik perusahaan. Pria berjenggot kambing ini suka sekali minum bir, nah kalau mabuk baru dia berbual cerita-cerita konyol nan lucu. Dari dia saya belajar membangun panggung dan bergaul dengan para pembangun panggung.

Bình. Pemimpin BHD.
Dialah yang menggerakan perusahaan tempat saya bekerja. Bình memiliki visi yang bagus, walaupun kadang sulit menjelaskan pada anak buahnya. Memiliki pemikiran yang tepat dalam produksi. Selalu mencari jalan keluar dalam berbagai kondisi sulit. Dia juga keras mempertahankan pendapatnya dan bila merasa benar akan melakukan apa saja dalam kekuasaannya. But yes, he also bow before God. Dari dia saya belajar tirani.

4Perpanjangan Tangan
Inilah dua rekan kerja saya di bagian Desain. Sebenarnya ada seorang lagi, sayang dia datang setelah sembilan bulan jadi cerita tentang dia nanti saja.

Kiệt. Desainer soal cetak mencetak.
Dia lebih mudah daripada saya, namun dari Kiệt saya belajar bahasa Vietnam dan seluk beluk perusahaan. Dialah yang selalu memperbaiki berbagai tulisan Vietnam yang saya tulis. Sebagai gantinya saya ajari semua yang dia minta.

Thien. Desainer soal panggung.
Thien si anak baru yang sudah dibebani berbagai pekerjaan berat. Dan sanggup! Dari dia belajar berbagai material yang dipergunakan dalam membangun panggung dan cara mengakalinya. Selain membangun panggung dia juga seorang barber.

5 | Syukur
Semua serba membingungkan di negeri ini. Namun Vietnam membuat saya menyadari bahwa mengeluh tak membuat saya sampai di tujuan. Vietnam mengajari saya untuk raise and lead. Vietnam juga mengajarkan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat berkecukupan. Dan Vietnam membuat saya selalu berucap syukur.