Monday, August 31, 2015

Cara Desainer Mencari Inspirasi

Para perancang biasa menghadapi pertanyaan, "Desainnya bagaimana?" Lalu dengan enteng, biasanya akan dijawab dengan, "Sebentar ya. Cari inspirasi dulu." Percakapan seperti ini lumrah di berbagai graphic house, advertising agency, graphic division, dan bagian-bagian lain yang menyangkut desain dan kreativitas.

Celakanya, ada cara-cara salah saat mencari inspirasi yang sering kali dianggap lumrah, bahkan menjurus dianggap benar, oleh para orang-orang yang tak bergerak dibidang kreativitas. Lebih celaka lagi, cara-cara salah ini malah dipraktikkan oleh para desainer sendiri!

Untuk soal itu, saya akan menuliskannya di kesempatan lain. Kali ini, saya akan men-share apa saja yang sering saya lakukan untuk mendapatkan inspirasi.

Riset

Saya tak membatasi riset hanya di dalam tempat penelitian, yang sering kali dipersepsikan berisi orang-orang yang teramat tekun mengolah data-data detail yang sulit dimengerti. Namun riset yang saya bicarakan adalah data mining sederhana. Contoh mudah yang lazim adalah kliping, baik itu berupa potongan koran maupun kliping digital semacam Pinterest.

Membaca pun saya anggap sebagai bentuk riset. Tentunya, bacaan juga jangan sampai dibatasi pada bidang-bidang tertentu apalagi hanya bidang desain saja. Bacaan yang berisi referensi dari disiplin-disiplin lain akan berguna, mungkin tidak segera tapi pasti akan terpakai.

Tentu saja, menonton layar-layar yang mem-broadcast acara hiburan dan pendidikan juga merupakan bentuk riset.

Mindmap

Ketika mencari inspirasi, sering kali kita terbentur dengan keterbatasan kata-kata. Walaupun kata-kata juga merupakan sebuah bentuk abstrak yang bisa menimbulkan inspirasi pula, namun sering kali desainer lebih mudah mencerna informasi dalam bentuk visual.

Terdengar geeky, tapi mindmap bisa banyak membantu memetakan persoalan sehingga inspirasi bisa menghampiri. Banyak hal-hal yang tadinya terlalu rumit dijelaskan dengan kata-kata menjadi lebih mudah dipahami dengan bagan-bagan dan diagram-diagram serta tempelan Post-it di mana-mana.

Berdiskusi

Akuilah, kalau Anda belum mau mengakuinya, ada hal-hal yang tak bisa diselesaikan sendirian. Kapasitas benak kita tentu terbatas, oleh sebab itu alangkah baiknya bila desainer memiliki 'lawan-tanding' saat berdiskusi. Lebih baik lagi, bila 'lawan-tanding' bukan atau bahkan jauh dari bidang kreativitas, akunting misalnya.

Dengan berdiskusi dengan individu-individu yang tak memiliki pola pikir yang sama, para perancang akan mendapatkan kesempatan untuk mengetahui, mengerti, dan memahami perspektif orang lain yang mungkin berkecimpung di bidang-bidang non-kreatif. Hal ini bisa, kalau kita mau, memperluas perspektif.

Berolahraga

Saya menyukai olahraga permainan dan endurance, seperti permainan bola basket dan lari jarak jauh. Masing-masing dapat memberikan saya inspirasi dari sisi yang berbeda. Alasannya, dua olahraga tadi memiliki karakter yang cukup jauh berbeda.

Permainan bola basket, merupakan olahraga yang saya anggap sebagai miniatur kehidupan. Dua belas pemainnya, tujuh duduk di bangku cadangan dan lima berkeringat di dalam lapangan, memiliki peran dan karakter masing-masing yang bila dipadupadankan akan membentuk sebuah tim yang khas dengan kinerja optimum. Masing-masing pemain bisa bergantian menjadi pemimpin dan yang dipimpin selama permainan berlangsung. Permainan ini 'memaksa' saya untuk terus memutar otak saat menghadapi tiap lawan yang selalu berbeda-beda.

Hobi

Seorang desainer yang sekaligus guru saya, Priyanto Sunarto berpesan, "Seorang perancang grafis lebih baik (euphemism  kata harus) memiliki hobi." Nasehat beliau itu membuat saya mencatat berbagai hal-hal menarik yang melintas dalam kehidupan sehari-hari. Ya benar, hobi saya mencatat.

Yang saya maksud mencatat tentu saja bukan tulisan bertele-tele dan berpanjang-panjang saja. Namun termasuk mengambil foto, merekam video, membuat diagram, membuat ilustrasi, mindmap, yang kemudian berubah menjadi riset dan dokumentasi pribadi tentang segala hal.

Perjalanan

Mendekam dalam ruangan mengekang persepsi kita tentang berbagai hal, mengekang sepenuhnya atau sebagian. Dulu saya berkilah dengan, "Kan ada internet, sebuah bisa dicari melalui mbah Google dan mbak Yahoo." Dan itu salah.

Bagaimana dengan buku? Buku, yang bergelar jendela dunia, biar bagaimana pun tetap saja jendela. Tak berbeda dengan televisi, radio, dan layar ponsel. Pada akhirnya, rangsangan-rangsangan yang kita terima hanya berbagai bentuk telematika bukan merupakan first hand experience.

Apakah Anda pernah mencoba cambodian salad? Di sini, saya tak bisa menjelaskannya. Anda harus mencobanya sendiri. Itulah gunanya melakukan perjalanan. Mengalaminya secara langsung hal-hal yang tak lazim terjadi pada kehidupan kita.

Dengan begitu, benak-benak mengecap rasa lebih banyak dibandingan dengan mengucilkan diri dalam sebuah ruang.

Tidur

Saya tak tahu apakah ini berlaku pada Anda juga atau tidak, sering sekali saya berhasil menemukan solusi persoalan desain dan persoalan-persoalan lain justru ketika saya tidur lelap menjelang terjaga.

Yang paling berkesan adalah ketika saya menemui 'jalan buntu' soal teknis pengerjaan tugas akhir. Saat itu tahun 2000, setelah mati-matian mencoba ini dan itu, akhirnya saya menyerah dan memilih mematikan komputer lalu pergi tidur. Terbawa mimpi, di dalamnya saya menyalakan komputer lalu mengutak-atik tugas saya dalam Adobe Photoshop. Saat itu, saya berhasil menemukan cara yang ternyata sederhana.

Segera saya membelalakkan mata saya dan sekuat tenaga bangkit dari kasur. Sebelum kantuk hilang, saya menekan tombol power, menyalakan CPU komputer saya. Dan mencoba hal yang tadi terbawa mimpi. Dan berhasil.

Mungkin itu yang disebut sebagai the Eureka Effect. Dan saya yakin 100% bahwa efek tersebut hanya bisa terpicu bila kita sebagai desainer atau profesi apa pun, sudah mati-matian mencoba segala cara hingga raga tak kuat. Saat itu jiwa mengambil alih.

Ulangi

Setelah membaca dan kemudian mencoba semua tips yang saya jelaskan di atas, sebaiknya Anda mengulanginya lagi. Daily basis, weekly basis, monthly, yearly.... Karena pengulangan akan memberikan hasil yang berbeda karena Anda dari waktu ke waktu sudah bukan Anda yang lalu. Setidaknya pengalaman Anda sudah berbeda.

Liar

Biarkan diri Anda bebas. Dan jangan dengarkan pesan-pesan saya di atas. Serta jangan dengarkan pesan-pesan orang lain. Cobalah hal-hal baru. Karena Anda bukan mereka. Dan seringkali, inspirasi Anda, Anda dapatkan dengan cara Anda.

Ya, inspirasi Anda akan muncul. Sebentar lagi.

Monday, August 24, 2015

Bersepeda dalam Kantor

Sudah empat bulan saya menempati kantor baru di Palmerah Barat. Banyak hal-hal baru yang saya dan teman-teman dapati di sini. Namun ada kenangan yang masih tertancap di kantor lama, Kebayoran Center. Video di atas salah satunya.

Monday, August 17, 2015

Akademi Melukis

Episode pertama. Cara sederhana menggambar kucing.

Kali ini kesibukan saya bertambah. Selain kegiatan sehari yang biasanya dipenuhi dengan rapat NewsRoom, mendesain berbagai outlet Tempo, dan mengevaluasi desain-desain yang sudah diterbitkan, kini saya juga mengisi sebuah kanal di TempoChannel.

Kanal yang saya asuh, berisi tentang cara menggambar berbagai benda di kehidupan kita sehari hari, benda-benda yang tak terlalu rumit seperti kuas, palu, martil, bola, dan ketupat.

Dua episode pertama kanal ini ditujukan untuk anak-anak. Kemudian sejak episode ketiga dan seterusnya ditujukan untuk pemirsa yang lebih luas, artinya, termasuk orang-orang dewasa.

Untuk menonton videonya, silakan klik.

Tuesday, August 11, 2015

Adobe Digital Marketing Symposium 2015 - Part 2/2

Tanggal 30 Juli 2015, saya berangkat ke Singapura bersama dua teman kantor untuk menghadiri Adobe Digital Marketing Symposium 2015. Sama seperti alasan menghadiri simposium-simposium sebelumnya, saya ingin mendapatkan insights dari para praktisi hal-hal teknis soal mendesain bisa dicari dengan mudah di web. Yang membedakan lagi, kali ini yang membuat saya tertarik adalah soal pemasaran, a.ka. marketing, karena saya menganggap desain juga perlu pemahaman marketing, lebih khusus lagi digital marketing.

Dalam simposium ini, para pembicara menggunakan Adobe Marketing Cloud dan tentu saja mereka mempromosikan produk tersebut.

Post ini adalah bagian kedua dari dua bagian

Digitized Market Targeting

Waralaba Starwood Hotels and Resort mengembangkan database pelanggan yang sudah terdigitalisasi. Data pelanggan dikumpulkan melalui data anonymous dan authenticated customer yang sukarela menyerahkan data-data pribadi mereka. Dengan data-data tersebut, Starwood mengemas stategi pemasaran yang sinkron antara marketing dan brand.

Starwood dan hotel-hotel yang dikelolanya.


Sehingga Starwood tak asal-asalan mengirimkan email blast yang menyasar seluruh pelanggan dalam database mereka. Namun Starwood dapat mem-personalize email-email yang dibuat oleh tim pemasaran dan mengirimkan email-email tersebut pada pelanggan-pelanggan yang sesuai dengan strategi tim pemasaran pula. Dengan demikian, email-email yang dikirim lebih tepat sasaran.

Sementara itu, DBS Bank berusaha mengubah perilaku nasabahnya dari yang terbiasa menggunakan mesin ATM ke pengguna internet banking dan aplikasi. Salah satu caranya, DBS mengirimkan pesan singkat pada nasabahnya yang baru saja menggunakan ATM untuk memeriksa saldo. Isi pesan tersebut, "Akan lebih mudah dan nyaman bila Anda memeriksa saldo anda melalui aplikasi DBS di telepon selular Anda."

Tech Investment

Selain mengubah perilaku pelanggan, DBS Bank juga menginvestasikan resources mereka pada teknologi. Tak hanya pada back end tapi juga pada front end, seperti teknologi-teknologi yang mendukung user interface pada internet banking dan app.

Ad Agencies

Sementara di itu, Unilever mengganggap bahwa peran agensi periklanan akan berkurang seiring dengan berkembangnya marketing cloud. Tim pemasaran kini tanpa bantuan agensi dapat membuat materi-materi pemasaran dengan mudah melalui sistem Adobe Marketing Cloud. Dengan ADM, tim pemasaran juga menyingkat waktu pembuatan marketing materials dengan tersedianya template yang langsung siap digunakan.

Marketing Beyond Marketing

Coca-Cola mengembangkan pola pemasaran yang lebih jauh daripada sekedar experience yang secara analog dulu diwakili dengan rasa dingin, pemuas dahaga, dan senyuman di wajah. Secara digital, mereka ingin menjangkau pelanggan mereka dengan teknologi masa kini. Salah satunya dengan aplikasi Coca-Cola Freestyle.

Aplikasi Coca-Cola Freestyle.

Dengan aplikasi yang digunakan melalui smartphone pelanggannya, para pelanggan dapat membuat resep campuran berbagai produk minuman dari Coca-Cola. Lalu resep itu disimpan dalam ponsel masing-masing pengguna yang sewaktu-waktu dapat digunakan langsung ke vending machine Coca-Cola dengan cara 'melemparkan' resep tadi.

Conclusion....

Dari simposium itu saya belajar bahwa kini saatnya para desainer tak cukup hanya merancang printed matters, tampilan dalam website, grafis-grafis dalam user interface pada berbagai aplikasi. Namun desainer kini dituntut untuk dapat menciptakan sebuah dunia. Singkatnya, Worlds insted of Websites.

Tulisan di atas berdasarkan pengalaman rangkuman dari pembicara Chris Norton dari Starwood Hotels & Resorts, Domenic Fuda dari DBS Bank, dan Aseem Puri dari Unilever.

Adobe Digital Marketing Symposium 2015 - Part 1/2

Tanggal 30 Juli 2015, saya berangkat ke Singapura bersama dua teman kantor untuk menghadiri Adobe Digital Marketing Symposium 2015. Sama seperti alasan menghadiri simposium-simposium sebelumnya, saya ingin mendapatkan insights dari para praktisi hal-hal teknis soal mendesain bisa dicari dengan mudah di web. Yang membedakan lagi, kali ini yang membuat saya tertarik adalah soal pemasaran, a.ka. marketing, karena saya menganggap desain juga perlu pemahaman marketing, lebih khusus lagi digital marketing.

Dalam simposium ini, para pembicara menggunakan Adobe Marketing Cloud dan tentu saja mereka mempromosikan produk tersebut.

Post ini adalah bagian pertama dari dua bagian.

Product and Brand as Marketing

Dalam dunia desain, produk akhir harus selalu mewakili brand. Layout majalah harus mampu menampilkan roh dari merek dagang tertentu. Begitu pula dengan pemilihan foto dan pembuatan video. Semua harus selaras.

Tentu saja tujuan akhir dari desain yang selaras, misalnya, adalah terjadinya brand awareness dan peningkatan penjualan. Namun di saat-saat seperti sekarang ini, praktisi desain dan praktisi pemasaran tak boleh berhenti di situ saja. Namun harus berkembang menjadi usaha-usaha untuk menciptakan loyalties, termasuk usaha-usah untuk meng-upgrade pembeli eceran menjadi pelanggan setia.

Consistent and Continuous

Selaras dan berkesinambungan adalah mantera yang sering dirapal oleh para desainer sehingga, contohnya, seluruh layout dalam printed matters selaras. Dalam ADM 2015, definisi Consistent and Continuous diperlebar lebih jauh lagi.

Hal-hal yang harus selaras dalam produk-produk desain kini juga merangkum user/customer experience dalam layar-layar berbagai perangkat digital, customer services, advertisement campaign, dan produk itu sendiri.

Salah satu brand yang selaras dan sinambung soal pemasaran, dalam pikiran saya, tentu saja Apple Inc.

Apple Store di Fifth Avenue, New York.

Apa yang terjadi apabila sebuah brand tidak selaras dan berkesinambungan? Ketidakselarasan dan ketidaksinambungan sebuah merek dagang akan membingungkan pelanggan sehingga salah satu akibat yang mungkin terjadi adalah pelanggan harus mengalami user/customer experience yang berbeda-beda saat pelanggan menggunakan perangkat dengan dimensi layar yang berbeda. Akibatnya, pelanggan akan terus mengalami proses pembelajaran yang akan membuat mereka frustasi. Akhirnya pelanggan akan meninggalkan brand.

Tulisan di atas berdasarkan pengalaman saya yang saya alami dan tambahan rangkuman dari pembicara Brad Rencher dari Adobe Digital Marketing.

Monday, August 10, 2015

Infografik Pancawati Trail Run

Peta Lintasan. Fun trail dengan jarak 16 km.
Fandhi Achmad akan berangkat ke Ultra Trail du Mont Blanc di Prancis akhir Agustus 2015. Untuk menyokong Agi, sebutan Fandhi, Depok Running Buddy menyelenggarakan Pancawati Trail Run untuk menggalang dana. Kemudian, dana ini akan dipergunakan untuk berbagai keperluan berlomba Agi.

Kali ini, Moerat berperan serta sebagai tim desain. Sesuai dengan kegemaran Moerat, dia membuat infografik dan peta, termasuk membuatkan berbagai desain dan peta lintasan di atas. Dengan survey yang cukup, hasilnya dituangkan ke dalam bentuk lintasan, jarak lintasan, profil ketinggian, informasi di tiap water station, dan informasi-informasi lain yang masih relevan.

Hashtag untuk event ini:
#IDNgoestoUTMB
#pancawatifuntrail
#derbyrunners

Akses situs-situs yang bersangkutan:
http://ultratrailmontblanc.com/en/
http://http://pancawati.depokrunningbuddy.com/

Monday, August 3, 2015

Media Internal Tempo


Seluruh awak Tempo Inti Media tbk. bergabung sejak tanggal 27 April 2015. Untuk menandai itu, media Internal yang sudah tiga tahun terbit tak menentu saya perbaharui desainnya. Selayaknya media internal, setiap edisi Internal berisi tentang berita-berita berkisar karyawan Tempo. Mulai dari yang serius sampai yang penuh canda tawa.