Tuesday, March 22, 2011

Virtual Set untuk FBNC



Financial & Business News Chanel, disingkat FBNC, sempat meminta desain untuk sebuah virtual set. Setelah beberapa kali bongkar pasang desain, akhirnya desain tiga dimensinya disetujui. Set ini sempat dipakai untuk Tết, tahun baru Việt Nam.

Dalam merancang sebuah set virtual, perancangnya harus mampu merancang set yang memiliki kesan kedalaman, a.k.a. depth. Hal ini bukan perkara mudah. Bidang-bidang dan garis-garis khayal harus diatur sedemikian rupa sehingga membentuk garis-garis perspektif yang memperkuat kesan kedalaman.

Soal kedalaman ini saya mempelajarinya saat mempersiapkan panggung untuk pagelaran akhir Việt Nam Idol. Berkat mas Bình yang mengajarkan bagaimana bidang, garis, pencahayaan, dan sudut pandang kamera sangat membantu kesan dalam dan besar. Sehingga panggungnya terlihat besar dan megah. Nah, dari pengalaman itulah didapat pemahaman soal kedalaman.

Jadi penting juga untuk mempelajari kedalaman dari panggung sungguhan. Cerita soal panggung VNI, bisa diintip di sini

Panggung terakhir. Latihan untuk pertunjukkan akhir VNI.

Saturday, March 19, 2011

Perjalanan ke Kamboja - Tempat yang Disinggahi


Selesai juga bagian kedua! Setelah tertunda-tunda dan terlunta-lunta, inilah yang sempat saya catat selama perjalanan dari Thành Phố Hồ Chí Minh sampai Siem Reap. Ada berapa foto yang tidak saya masukkan ke dalam infografik di atas karena akan jadi terlalu penuh. Oke, saya mulai ceritanya....

Cài Bé
Pelancong yang mengambil tur ke delta Mekong, akan mampir ke daerah ini. Cài Bé adalah kawasan pasar apung di Sông Cổ Chiên—artinya sungai Chien. Sungai ini merupakan salah satu anak dari sungai Mekong.

Berbeda dengan floating market di Thailand, pasar apung di sungai Chien bukan pasar yang berfungsi sebagai kawasan wisata. Namun pasar ini masih berfungsi sebagai pasar tradisional, setidaknya itulah yang diklaim sang pemandu. Saya sih percaya saja.

Untuk mengetahui komoditas yang dijual, setiap perahu menggantungkan barang dagangannya di ujung sebatang bambu sehingga para pedagang mengenali barang-barang yang dijual. Barang-barang yang biasa mereka jual adalah bahan pangan, mulai dari buah-buahan sampai ikan-ikanan.


Sang pemandu bercerita, hasil perdagangan ini kemudian dimuat ke kapal-kapal yang kemudian membawa barang-barang tersebut ke kota, salah satunya ke Thành Phố Hồ Chí Minh—artinya Kota Ho Chi Minh. Nah karena itu, di TP.HCM banyak sekali pasar-pasar di tepi sungai yang mengambil langsung bahan pangan itu.

Selain pasar apung, di tepi sungai kawasan Cài Bé ini juga terdapat usaha-usaha kecil. Misalnya, pabrik pembuatan permen kelapa sekaligus penyulingan tuak dan pembuatan bungkus springroll. Selain usaha, juga ada gereja-gereja yang kental dengan nuansa koloni Perancis.


Châu Đốc
Hotel apung yang kami—saya dan istri—inapi berada di tepi sungai yang membelah kota Châu Đốc. Lebih tepatnya losmen, bukan hotel. Nah, dari sini penginap bisa menikmati sore dari tempat makan di lantai atas.

Di kawasan ini banyak sekali peternak-peternak ikan yang dikelola secara tradisional. Mirip dengan peternak ikan di bendungan Jatiluhur, mereka memelihara ternak mereka di bawah tempat tinggal mereka. Saat panen, jaring yang menampung ikan-ikan tersebut akan dipindahkan ke kapal. Sehingga ikan-ikan itu tetap hidup sampai saat dijual.

Kami sempat juga mampir ke sebuah perkampungan Campa. Nah, saat melewati rumah-rumah panggung mereka banyak gadis-gadis berjilbab, memastikan ucapan pemandu yang menjelaskan bahwa penduduk perkampungan ini mayoritas muslim.


Vĩnh Xương - Kaam Samnor
Kota Vĩnh Xương adalah kota tempat kantor imigrasi Việt Nam menuju Kamboja. Pemeriksaan sama sekali tidak ketat pemeriksaan dan sangat rawan penyelundupan. Barang-barang dalam kapal sama sekali tak diperiksa. Begitu pula saat masuk Kaam Samnor. Nah saat menyeberang ke Kamboja di Kaam Samnor kami dimintai US$22 untuk biaya visa on arrival. Biaya resminya sih, US$20 tapi sang pemandu berbisik, "Dua dollar untuk pelicin. Semua biasa di sini...."

Phnom Penh
Di sini sebenarnya banyak tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi tapi kami hanya sempat ke Royal Palace dan Tuol Sleng. Karena



Saya mengalami pengalaman buruk secara psikologis di Tuol Sleng. Mengapa? Ya, karena Tuol Sleng, juga dikenal sebagi S21, adalah tempat penyiksaan saat Pol Pot berkuasa. Mengambil gambar pun saya enggan. Apalagi di tempat itu dipenuhi foto-foto tahanan sesaat sebelum dihukum mati.

Di luar pengetahuan saya, ternyata Kamboja bertanah lempung merah yang keras dan padat. Akibatnya cepat pliket karena debu tanah liat bercampur kelembaban tinggi. Mestinya saya browsing dulu kondisi alam di Kamboja... tapi nanti nggak surprise lagi ya? Enggak kaget, enggak mengalami kesan pertama secara langsung dan nyata.

Dari Phnom Penh kami berangkat ke tujuan kami berikutnya...

Siem Reap
Nah ini lah tujuan utama perjalanan kami ke Kamboja, kota dekat kawasan candi-candi era Ankor! Untuk kota Siem Reap dan candi-candi Angkor akan saya ceritakan post berikutnya. Selamat menunggu....

Sunday, March 6, 2011

Perjalanan ke Kamboja - Perlu Biaya Berapa? (Versi Indonesia)



Yuhuuu! Infografik perjalanan saya dari Vietnam ke Kamboja telah saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia. Mengapa saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia? Karena saya telah memutuskan untuk menuliskan segala sesuatu dalam bahasa Indonesia dengan menyisipkan istilah asing, terutama istilah yang kalau diterjemahkan malah tak dimengerti.

Untuk yang ingin menikmati infografik ini dalam bahasa Inggris, versi pertama yang saya buat, Anda bisa klik di sini.

Infografik ini juga sudah saya revisi sedikit dan ada tambahan penjelasan. Perlu ada beberapa penyesuaian untuk dapat dinikmati dalam bahasa Indonesia. Sedikit saja.

Istri saya mengkritik, "Infografiknya enggak mudah dimengerti. Bingung mulai dari mana." Betul! Infografik ini memang hanya semacam overview, sebuah peta tanpa awal dan akhir. Mengapa begitu? Karena ini masih bagian pertama yang akan segera disusul oleh bagian kedua, tentu saja dalam bahasa Indonesia.

Ada yang hendak saya minta dari Anda. Saya mohon pertolongan Anda. Mau ya? Mudah saja kok, kritik infografik ini habis-habisan! Dengan mempertimbangkan kritik Anda, saya bisa memperbaiki karya-karya saya berikutnya. Dan tentu saja, saya semakin mengerti apa yang sebenarnya Anda inginkan. Mau ya?

Terima kasih.

Untuk lebih cepat berinteraksi dengan dengan saya, Anda bisa ikuti account Twitter saya di sini.