Sony Ericsson K800i. Kamera tapi telepon seluler. |
Selama beberapa tahun, Sony Ericsson K800i menjadi andalan saya. Daripada telepon selular, saya lebih menganggap perangkat ini sebagai kamera saku. Ya, kamera saku yang bisa menelepon, sms, dan mem-browse internet.
Dengan gaya seperti koboi mencabut pistol, kamera saku ini keluar dari kantong celana saya dan jepret, jepret, jepret! Lalu masuk kantong lagi. Di kereta api, di tengah hutan, di atas gedung, bahkan saat membonceng ojek. Saat itu rasanya keren... dan tetap keren rasanya sampai sekarang. Apalagi, kamera telepon ini didesain memiliki tombol shutter relase. Jadi kamera candybar ini tetap dipakai secara horizontal kalau mengambil foto.
Kamera saku tentunya punya keterbatasan, apalagi yang dileburkan dalam telepon genggam. Lensanya sungguh kecil walaupun dikompensasi dengan ukuran foto digital yang mencapai 3 megapixel. Ukuran terbesar untuk foto digital yang dapat diambil kamera dalam telepon saat itu.
Nah, foto-foto yang saya ambil oleh kamera saku itu memang hanya saya pergunakan sebagai dokumentasi bukan untuk dipublikasikan apalagi dicetak. Foto-foto itu juga saya pergunakan dalam blog ini. Tentunya setelah diolah lagi dengan software pengolah foto.
Setelah itu demam RIM BlackBerry datang menerpa. Walaupun saya tak suka telepon ini tapi akhirnya saya mengalah untuk beberapa alasan.
Lalu datanglah iPhone, smartphone yang awalnya ragu-ragu untuk saya miliki walaupun sudah beberapa tahun saya mulai menggunakan Apple OS.
iPhone 4. Telepon dengan berbagai aplikasi menyenangkan. |
Baru beberapa minggu yang lalu, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan telepon super canggih ini. Walaupun bekerja di Việt Nam, saya memilih untuk membelinya di Singapura karena jauh lebih murah setidaknya sekitar US$100.
Setelah mengutak-atik setting dan berbagai aplikasi, akhirnya saya akui bahwa telepon ini hampir pantas mendongkel status K800i sebagai telepon favorit, maaf, kamera saku favorit. Sebabnya, kamera ini sudah dilengkapi dengan lensa yang lebih baik dan besar foto 5 megapixel—saya anggap terlalu kecil untuk kamera secanggih ini. Lalu ada berbagai keterbatasan dalam iOS4.
Seharusnya kamera ini sudah disediakan aplikasi untuk mengolah foto. Tentunya tak perlu secanggih software pengolah foto di komputer desktop ataupun laptop. Akibatnya, berbagai penyedia aplikasi pihak ketiga membanjiri App Store. Gawatnya lagi, kamera ini tak memiliki tombol shutter release! Ah, untungnya kekecewaan saya akan diobati dengan diluncurkannya iOS5 pada pertengahan Oktober 2011 nanti. Mungkin saat itu kamera saku ini akan sepenuhnya pantas mendongkel status K800i dalam hati saya.
Dan, ah, ya... saya juga mengajukan belasungkawa untuk Steve Jobs. Yang nama dan kisahnya seperti Ayub. Pernah kehilangan segalanya lalu yang hilang itu diganti dengan segala sesuatu yang lebih baik. Selamat jalan, pasti diterima sesuai amal ibadahnya.