Tuesday, October 26, 2010

Idola Vietnam

Sepuluh Besar Vietnam Idol

Sudah dua minggu ini pontang-panting mempersiapkan Vietnam Idol. Mulai dari konferensi pers kedua sampai dengan pertunjukan langsung untuk disiarkan dalam skala nasional di VTV6. Pegel.


Awal bulan Oktober, kepala departemen desain di kantor mengundurkan diri. Tentu saja, tak bisa tidak, saya mengambil alih. Enam bulan jadi deputy, lalu sekarang jadi PJS departemen desain. Ya ampun.


Saya kembali mengalami lompatan besar bulan ini. Dari sebelumnya yang hanya mengurus cetak mencetak dan membangun studio virtual yang tak pake ongkos, sekarang mulai membangun panggung sungguhan. Nah, dengan adanya rekan kerja saya yang baru, saya bisa mendelegasikan tugas tersebut. Kelebihan rekan kerja saya ada dua; 1. Mampu membuat desain panggung dan, 2. Bisa bahasa Viet. Ha ha ha.


Hal paling penting yang saya pelajari dalam bulan ini adalah aplikasi ucapan Ki Hajar Dewantara;
Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Sederhana, tapi benar-benar berguna. Namun ada sedikit tambahan: demand. Kata demand ini saya pelajari buku tentang Leadership yang dikarang oleh John Adair. Menurut Adair, pemimpin yang tidak demanding tak bisa menyeret yang dipimpin menjadi lebih baik.


Tentang kepemimpinan ini, saya menuliskannya pada blog TempoInteraktif. Semacam rangkuman sederhana. Dengan diagram-diagram sederhana, ternyata Adair bisa menjelaskan berbagai hal kompleks nan rumit. Mudah untuk saya yang awam soal kepemimpinan.


Baru kali ini saya mengalami suka duka menjadi manajer. Ternyata tak tergambarkan kalau tak mengalaminya sendiri.

Wednesday, October 13, 2010

Hampir Mogok

Cerita tentang terlentang tak berdaya.
Beberapa minggu ini, energi saya benar-benar terkuras. Hampir saja saya 'bolos' mengisi blog di TempoInteraktif. Saya sudah berniat 'bolos' tapi tiba-tiba tersedia waktu dan gagasan. Jadi tak berpikir panjang-panjang lagi langsung ambil pena dan menggambar.

Yang belum sanggup saya isi dengan konsisten adalah blog saya yang satu lagi. Tidak mudah untuk menciptakan gagasan dan kemudian menelurkannya. Kinda exhausting. Barangkali saatnya untuk bekerja sama atau memiliki kaki tangan.

Problemnya, mencari kaki tangan —atau lebih jauh lagi menduplikasi diri— tak semudah membalikkan telapak tangan. Alasan mengapa saya 'babak belur' selama dua minggu ini adalah tak memiliki rekan kerja yang bisa saling mengisi. Ditambah lagi —dan memang seharusnya— kedua rekan itu 'dilepas' oleh perusahaan karena membebani kinerja. Akibatnya mesin empat silinder cuman ada dua silinder. Baru dua minggu kemarin satu silinder bisa bekerja kembali. Dan untungnya rekan kerja baru saya ini bisa menutup lubang yang lebar menganga.

Satu lubar berhasil ditutup, kemudian atasan saya meninggalkan kantor untuk proyek lain. Hiyyyah! Tentu saja saya harus mengisi kekosongan posisi tersebut. Secara manajerial tak ada masalah. Namun keahlian software yang dia miliki belum saya kuasai. Harus ada rekan kerja baru lagi....

Ah, untungnya bagian tempat saya bekerja tak sampai mogok. Walaupun beberapa kali ngebul kepanasan.